Homeschooling semakin menunjukkan kiprahnya di dunia pendidikan. Sistem pendidikan ini dibicarakan karena situasi saat ini begitu dinamis dan dapat berubah. Sekolah online dari rumah menjadi hal yang lumrah. Tak sedikit juga yang mempertanyakan efektivitasnya, meski tidak semua mengalami kendala yang sama. Perbandingan dengan homeschooling tidak bisa dihindari. Beberapa orang tua kemudian tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang homeschooling di Indonesia.
Meski begitu, terkadang informasi yang sudah beredar di masyarakat membuat sebagian orang tua mundur dari homeschooling lagi. Padahal saat ini kita dapat dengan mudah mencari informasi di internet. Informasi seperti apa yang sudah ada di masyarakat? Mana yang fakta dan mana yang mitos?
Homeschooling adalah sekolah di rumah
Ini adalah informasi yang tidak sepenuhnya salah, karena makna homeschooling memang mengarah ke sana. Namun, pengertian homeschooling tidak hanya terbatas pada homeschooling.
Homeschooling di Indonesia khususnya tidak hanya berfokus pada belajar dari rumah. Homeschooling memiliki fasilitator yang mendedikasikan diri untuk mendukung masa depan pendidikan dan karir siswa sesuai kebutuhan. Terdapat banyak keunggulan flexi homeschooling yang bisa di dapatkan.
Jadi, berbeda dengan sekolah formal dimana tujuan tersebut digeneralisasikan untuk semua anak. Karena satu kelas bisa terdiri dari 20 sampai 40 anak yang dipegang oleh 1 atau 2 orang guru. Jelas sangat sulit untuk fokus. Berbeda dengan itu, homeschooling dapat lebih fokus pada pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah dijelaskan sebelumnya oleh orang tua. Jadi, homeschooling bukan hanya tentang sekolah di rumah. Ini tentu saja hanya MITOS.
Homeschooling dapat mengganggu keterampilan sosial anak
Jelas tidak sepenuhnya benar. Untuk beberapa kasus yang ditemukan, anak-anak yang menerima pendidikan Homeschooling di Indonesia sebenarnya memiliki keterampilan sosial yang tinggi. Mereka lebih kritis dan mudah berteman.
Mendengar kata homeschooling tentu membuat sebagian orang berpikir tentang anak-anak yang sibuk belajar di rumah, dengan sosialisasi yang kurang dibandingkan mereka yang bersekolah formal secara rutin. Sebenarnya pandangan ini tidak sepenuhnya salah, namun saat ini cukup banyak anak homeschooling yang relasi sosialnya bahkan lebih luas dari sekolah reguler.
Alur pertemanan mereka bahkan cenderung memberikan manfaat karena mereka terbiasa bertukar pikiran, mengungkapkan ide, dan memiliki tujuan yang jelas untuk jenjang pendidikan dan karir. Sehingga mudah bagi mereka untuk berteman atau bersosialisasi dengan orang yang lebih tua dengan baik.
Mengapa rumor ini beredar? Memang dalam beberapa kasus lain ditemukan adanya anak yang kemudian merasa tidak nyaman berada di sekitar orang karena terbiasa menyendiri. Ada juga yang merasa begitu dekat dengan keramaian, menjadi tidak aktif dan terkesan menyendiri. Ini tidak selalu karena homeschooling.
Kemungkinan lain seperti alam, lingkungan, tekanan, dan banyak lagi. Bahkan, penerapan homeschooling yang salah juga bisa membuat tujuan yang seharusnya bisa dicapai malah menjadi terdistorsi. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui bagaimana memilih homeschooling yang baik di Indonesia.
Kalau Homeschooling, Orang Tua Harus Pintar
Ini juga termasuk konsep yang tidak benar. Orang tua yang cerdas, terdidik, dan pandai mendidik anak dalam arti pendidikan formal memang menjadi nilai tambah. Namun, bukan berarti wajib. Orang tua mungkin ilmuwan, sementara anak-anak lebih tertarik pada bahasa. Kemudian, tidak mungkin orang tua menjadi ahli bahasa terlebih dahulu sebelum bisa homeschooling.
Homeschooling memiliki banyak guru dan fasilitator yang handal. Peran orang tua tidak hanya untuk mendidik anak tetapi untuk mendukung proses tersebut. Mereka berada di jalan yang sama, memiliki tujuan yang sama, dan berjalan bersama. Itu homeschooling.
Bahkan ketika orang tua berusaha memetakan tujuan keluarga, karir anak hingga memilih homeschooling sudah termasuk peran orang tua. Jadi, jangan salah paham dan bahkan membuat kita berhenti dari homeschooling, oke? Banyak sekolah homeschooling di Indonesia yang memiliki paket lengkap dan memiliki visi misi yang jelas.
Bagaimana Bimbingan Siswa dalam Sistem Pendidikan Homeschooling
Homeschooling sudah ada di Indonesia sejak lama, sekitar tahun 1996. Trennya mulai meningkat pada awal tahun 2005 hingga berkembang pesat di Indonesia. Saat ini kita bisa melihat banyak lembaga pendidikan yang menyediakan program homeschooling sekolah. Meski begitu, masih banyak yang menebak-nebak bagaimana sebenarnya bimbingan belajar untuk siswa di sekolah homeschooling dilakukan?
Apakah orang tua di rumah ikut serta dalam proses pembelajaran? Jika demikian, berarti orang tua harus pintar dan menguasai semua materi pembelajaran anak. Lalu, apakah akan ada fasilitator, bagaimana sistemnya? Pada artikel ini, kita akan membahas bagaimana sebenarnya bimbingan belajar siswa di sekolah homeschooling dilakukan?
Orang tua dan Anak terlibat dua arah dengan Fasilitator
Sistem pengajaran formal telah disusun oleh sekolah berdasarkan pedoman dan kurikulum nasional. Dengan demikian, keterlibatan orang tua dan anak dalam persiapan hampir mendekati 0%. Sedangkan homeschooling harus melibatkan orang tua dan anak.
Orang tua mungkin terlibat penuh untuk jenjang tertentu seperti PAUD dan TK karena usia anak masih belum ditentukan. Untuk level di atas, anak dan orang tua dapat berdiskusi dengan fasilitator untuk menentukan kurikulum dan sistem pembelajaran yang diinginkan.
Dalam pembahasan ini, karir masa depan anak, situasi anak dan orang tua, ekonomi, sosial, dan sebagainya akan dibahas secara rinci. Sehingga bimbingan belajar ke depan telah diprogramkan berdasarkan diskusi. Tidak hanya bimbingan belajar yang sama dengan siswa lain tetapi lebih disesuaikan.
Bimbingan Mahasiswa dilaksanakan dengan waktu yang lebih fleksibel
Pendidikan homeschooling memungkinkan siswa untuk mengatur dan menentukan jam pelajaran mereka. Hal ini sangat diperlukan, terutama bagi mahasiswa yang memiliki kegiatan atau profesi lain sejak dini, seperti atlet. Bimbingan belajar yang fleksibel juga dapat ditentukan dari kondisi fisik dan intelektual anak. Misalnya, seorang siswa telah mengikuti sejumlah tes yang memberi tahu dia bahwa dia hanya dapat menangkap maksimum sekitar 3 jam pelajaran.
Kondisi tersebut membuat bimbingan belajar siswa menjadi lebih efektif. Jika siswa memiliki kegiatan, hobi, atau belajar di luar sekolah homeschooling, mereka dapat memanfaatkan waktu untuk itu.
Bimbingan Belajar di Luar Rumah
Berbeda dengan pendidikan formal yang lebih kaku, Homeschooling juga dapat memberikan pembelajaran di luar rumah. Tentunya dengan waktu yang lebih fleksibel, durasi yang lebih lama, frekuensi yang lebih banyak, dan kekhususan. Sedangkan sekolah formal, meski sudah bisa dilakukan, tetap harus mengikuti dan menyesuaikan dengan keinginan 30 anak tersebut. Selain itu, program ini tidak bisa sesering homeschooler.
Pembelajaran di luar rumah juga disesuaikan dengan kurikulum dan mata pelajaran yang diambil. Sehingga lebih efisien, bermanfaat, dan memberikan wawasan yang lebih luas kepada anak.
Sekarang, pengetahuan kita bisa lebih cerah tentang bagaimana membimbing siswa dalam sistem pendidikan homeschooling. Meski terkesan hanya belajar di rumah, ternyata bimbingan belajar ini juga bisa memiliki berbagai variasi yang mendukung tujuan belajar anak.