Basket Uni Soviet Patahkan Dominasi Amerika Serikat

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, timnas Indonesia sukses meraih medali emas di ajang Sea Games. Arki Wisnu dan kawan-kawan berhasil mengalahkan Filipina di partai pamungkas. Indonesia sukses mematahkan dominasi Filipina dalam 13 penyelenggaraan yang selalu meraih medali emas di Sea Games.

Apa yang dilakukan timnas basket Indonesia pernah pula dilakukan tim basket Uni Soviet. Mereka sukses memutus dominasi tim basket Amerika Serikat di ajang olimpiade. Menurut dalamgawang, prestasi tersebut dicetak di Olimpiade Munchen Jerman Barat 1972.

Sebelumnya, Amerika Serikat selalu menyabet medali emas dalam tujuh kali penyelenggaran Olimpiade sejak 1936 secara beruntun. Sementara Uni Soviet, tak sekalipun sanggup meraih emas.

Teror di Olimpiade Munchen 1972

Menurut artikel dalamgawang Final basket Olimpiade Munchen 1972 hampir tak pernah diingat orang. Padahal, salah satu bentuk pelanggaran sportivitas olahraga terjadi dalam momen ini. Memori orang akan cenderung ingat pada aksi teror di Olimpiade Munchen 1972.

Saat itu Black September Organisation (BSO) yang berafiliasi dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) melancarkan aksi penyanderaan.

Penyanderaan berlangsung sehari semalam pada 5-6 September 1972. Tak satupun sandera yang selamat. Lima anggota BSO tewas, tiga ditangkap polisi.

Persaingan Basket Amerika dengan Soviet

Amerika Serikat merupakan kekuatan utama di cabor basket pada masa itu. Tim Paman Sam merupakan juara tak terkalahkan selama 32 tahun beruntun di olimpiade musim panas. Sejak Olimpiade 1936 Berlin hingga Olimpiade Mexico City 1968, timnas Amerika Serikat selalu menyabet medali emas.

Bagaimana dengan Uni Soviet? Bersumberkan dari artikel dalamgawang, tim dari negara komunis menurunkan para pemain senior. Mereka sudah memiliki jam terbang tinggi di level internasional. Namun, para pemain Soviet didaftarkan dalam kolom profesi sebagai tentara dan buruh. Hal ini dilakukan untuk mensiasati aturan Olimpiade yang hanya memperbolehkan pemain amatir.

Final Basket Amerika Serikat vs Uni Soviet

Final digelar pada 9 September 1972, pukul 23.45 waktu Munchen. Dikutip dari The Times, jadwal pertandingan diatur agar dapat disiarkan langsung di jam prime time televisi Amerika Serikat.

Artikel dalamgawang menyebut bahwa pertandingan berlanjut dengan sangat sengit. Beban berat mempertahankan pamor negara sebagai mercusuar demokrasi dan kebebasan, berada di pundak anak-anak muda. Usia Collins dan kawan-kawan berada di awal 20-an. Kuarter keempat menjadi penentuan.

Laga tersisa 10 detik. Skor 49-48, Soviet masih unggul atas Amerika jelang kuarter keempat berakhir. Selisih yang sangat tipis. Hanya setengah bola.

Namun tiba-tiba, sekretaris FIBA Renato William Jones menghampiri para wasit dan pengawas pertandingan. Jones memerintahkan mereka untuk memundurkan waktu tiga detik. Apa yang terjadi selanjutnya ada dalam artikel dalamgawang.

Medali Yang Tak Pernah Diambil

Amerika Serikat tidak terima. Mereka merasa telah dicurangi. Tim Paman Sam curiga laga final diatur dengan sentimen anti-Amerika. Pertandingan telah berlalu 40 tahun, saat waktu menunjukkan pukul 01.14 dini hari waktu Munchen. Tim basket Amerika Serikat dipaksa menelan kekalahan menyakitkan dari Uni Soviet. Mereka menolak dikalungkan medali perak.

Artikel asli, utuh, dan selengkapnya bisa dibaca di dalamgawang.

Mesut Ozil di Fenerbahce: Akhir Sebuah Romansa

Mesut Ozil datang ke Jakarta pada 24 Mei 2022. Namun, kedatangannya bukan untuk memperkuat Rans Cilegon FC miliki Raff Ahmad. Kunjungan Ozil dalam rangka bisnis pribadi dengan merk sepatu nasional di Indonesia. Selain itu pula, Ozil akan melakukan kunjungan amal.

Sayangnya, Ozil bukan datang berstatus sebagai pemain Fenerbahce. Ini dikarenakan dirinya terbuang dari klub asal Istanbul, Turki. Ironis sekali bila membandingkan penyambutan dirinya saat diumumkan menjadi pemain Fenerbahce.

Sambutan Ozil

Dikutip dari artikel dalamgawang, gegap gempita menyelimuti Bandara Ataturk di Istanbul, tatkala menyambut kedatangan Mesut Ozil sebagai pemain baru Fenerbahce. Belum pernah ada sambutan semeriah itu sepanjang sejarah di bandara hingga 19 Januari 2021. Bahkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pun akan iri melihat sambutan tersebut. Ozil disambut bak pahlawan.

Ya, itulah gambaran betapa girangnya fans Fenerbahce saat klub mereka mendatangkan Mesut Ozil dari Arsenal. Lebih girang lagi karena biayanya gratis. Gegap gempita di Istanbul, ibarat dejavu bagi fans Arsenal. Gooner tak akan lupa saat deadline bursa transfer musim panas delapan tahun sebelumnya. Klub Meriam London mengumumkan Mesut Ozil resmi didatangkan dari Real Madrid pada 2 September 2013.

Berbicara dejavu, Ozil sepertinya mengulangi suratan takdir. Gelandang kreatif ini dikeluarkan dari skuad utama Fenerbahce pada Maret 2022. Hanya dalam tempo 14 bulan, Ozil dicampakkan setelah disanjung setinggi langit. Persis saat dirinya menerima nasib dibuang Arsenal, sebelum akhirnya dipungut Fenerbahce.

Bulan Madu Berakhir

Menurut artikel dalamgawang Pergantian pelatih yang terlalu sering mungkin menjadi masalah bagi Mesut Ozil di Fenerbahce. Setidaknya sudah empat kali terjadi pergantian pelatih. Ismail Kartal adalah pelatih keempat yang dihadapi Ozil. Saat datang pada Januari 2021, Ozil dilatih Erol Bolut. Namun, Bolut dipecat Direktur Olahraga Fenerbahce Emre Belozoglu. Emre sempat turun status sebagai pelatih hingga musim panas 2021. Vitor Pereira kemudian datang pada awal musim kompetisi 2021/2022.

Hubungan Ozil dengan Pereira tidaklah terlalu bagus. Ozil sering dibangkucadangkan. Di bawah arahan Pereira, tim memainkan formasi 3-4-3 dan variannya. Akibatnya Ozil yang cenderung bermain di tengah sebagai pemain nomer 10, perannya terpinggirkan. Ketidaksukaan Ozil pernah ditunjukkan saat dirinya melempar “bib” ke arah Pereira karena kesal tidak dimainkan dalam laga kontra Kasimpasa Oktober 2021.

Tak ada penjelasan detail mengenai alasan pembekuan Mesut Ozil sebagai pemain inti Fenerbahce. Pihak klub memilih bungkam. Meski begitu, Ozil masih aktif di media sosial membagikan statusnya di twitter dan instagram. Baginya hal yang utama adalah Fenerbahce. Bahkan dua hari berselang, Ozil masih sempat mengumumkan kerja sama bisnis dengan perusahaan sepatu lokal Indonesia Concave.

Penutup

Mesut Ozil didatangkan secara emosional ke Fenerbahce. Faktor ini ternyata tidak bisa dibantah ketika dirinya merumput di lapangan hijau mengenakan jersey bernomor punggung 67. Performanya jauh dari impresif. Secara logika, Ozil tidak seharusnya berada di Liga Turki yang mengedepankan permainan fisik dan keras. Belum termasuk posisi dirinya sebagai pemain nomer 10 yang kian tersisih dalam taktik modern. Meski begitu, para pendukung Fenerbahce akan segera melupakan performa Ozil di lapangan. Yang mereka ingat hanya Ozil pernah membela Fenerbahce. Sama halnya seperti pendukung Arsenal. Memori lekat dalam ingatan. Namun romansa segara berakhir.

Artikel selengkapnya simak di dalamgawang