GROUP OF TWENTY (G20) LEADERS’S SUMMIT 2021

G20 adalah sebuah forum kerja sama ekonomi internasional yang beranggotakan negara-negara dengan perekonomian besar di dunia yang terdiri atas 19 negara dan 1 lembaga Uni Eropa.
Tujuan berdirinya G20 adalah mengatasi utama terkait dengan ekonomi global, seperti masalah keuangan internasional, mitigasi perubahan iklim, dan pembangunan berkelanjutan. Dari sisi keanggotaan, G20 terdiri dari sebagian besar ekonomi terbesar di dunia, termasuk negara-negara industri dan berkembang. Kelompok ini secara keseluruhan berfokus sekitar 90 persen dari produk dunia bruto (PDB), 75-80 persen dari perdagangan internasional, dua dari populasi dunia, dan kira-kira setengah dari luas daratan dunia.
Forum G20 membahas mengenai dua pokok persoalan, yaitu Finance Track dan Sherpa Track. Fokus isu yang dibahas pada Finance Track meliputi ekonomi dan keuangan yang dilakukan oleh Menteri keuangan dan gubernur sentral masing-masing negara anggota. Kemudian, fokus isu yang kedua atau Sherpa Track yaitu mengenai geopolitik, antikorupsi, pembangunan, perdagangan, energi, perubahan iklim dan kesetaraan gender. Pembahasan isu-isu tersebut dilakukan oleh kementrian yang terkait pada setiap isu yang dibahas.
Pada tahun 2021, G20 diadakan di Italia dan menghasikan persetujuan, yaitu:
- Menjalankan rencana untuk mengurangi pemanasan global sebanyak 1.5 celcius per tahunnya.
- Mengimplementasikan langkah baru agar lebih stabil dan system pajak internasional yang jelas/ahli, termasuk 15% minimal pajak global pada tahun 2023.
- Mempercepat tindakan mereka untuk mencapai global net zero greenhouse emissions (pengurangan gas emisi rumah kaca) atau netralitas karbon pada pertengahan abad.
- Menegaskan kembali mengenai komitmen pendanaan iklim negara maju untuk bersama-sama memobilisasi 100 miliar dollar per tahunnya dan menyambut komitmen baru oleh beberapa anggota G20.
- Meningkatkan upaya untuk memastikan negara berpenghasilan rendah dan menengah mendapatkan akses yang lebih baik dan tepat mengenai vaksin COVID-19.
- Membentuk Gugus Tugas Keuangan-Kesehatan G20 untuk memastikan pembiayaan yang memadai sebagai bentuk pencegahan, kesiapsiagaan dan respons selama pandemi.
Dalam pertemuan ini, Presiden Joko Widodo mendorong negara-negara G20 untuk melakukan sejumlah upaya agar pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan dapat dipercepat. Hal tersebut diungkapkan oleh Presiden ke-7 RI ini dalam pidatonya saat sesi pembahasan mengenai pembangunan berkelanjutan. Adapun tiga upaya yang dapat dilakukan, yaitu:
- Menggalang solidaritas untuk membantu negara dan masyarakat yang paling rentan bagi negara berpendapatan rendah dan menengah untuk berkonsentrasi melawan pandemic.
- Memperkuat kemitraan global untuk membantu pendanaan dan akses teknologi di negara berkembang.
- Meningkatkan kemampuan adaptasi dan ketangguhan terhadap gangguan dan ketidakpastian masa depan yterutama di beberapa sektor utama, yakni kesehatan, keuangan dan perencanaan serta implementasi pembangunan.
PBB telah mencatat setidaknya terdapat 8 negara yang berada di tingkat resiko sangat tinggi dan 40 negara berada pada tingkat risiko tinggi bagi lost generation karena menurunnya kesempatan belajar dan lapangan pekerjaan. Indonesia sendiri relah mengembangkan kebijakan yang membantu adaptasi sector pendidikan dan memberikan perlindungan sosial bagi mereka yang paling rentan dan kehilangan perkejaan. Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo berharap agar G20 dapat bekerja sama membantu negara tersebut sehingga dapat bersama-sama pulih dan menuju masa depan yang lebih baik tanpa meninggalkan siapapun.
CLIMATE CHANGE CONFERENCE 2021 (COP26)

Pada hari Senin, 01 November 2021 telah diadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pemimpin dunia mengenai Perubahan Iklim COP26 yang diadakan di Glasgow, Skotlandia. The United Nations Climate Change Conference (COP26) adalah sebuah event yang mengumpulkan seluruh pemimpin dari setiap negara di dunia untuk membicarakan mengenai bagaimana cara dalam meningkatkan aksi secara global untuk menyelesaikan permasalahan iklim. Pada saat itu, presiden RI, Ir. Joko Widodo turut hadir dan memberikan sebuah pidato mengenai komitmen Indonesia dalam perubahan iklim di dunia. Dalam pidatonya, bapak Presiden RI menyampaikan bahwa Indonesia telah memulai langkah awal untuk tberkontribudi dalam menangani perubahan iklim. Dikutip dari nasional.tempo.co, selama tahun 2020 telah dilaporkan bahwa di Indonesia, kebakaran hutan turun sebanyak 82%. Selain itu, Indonesia juga tengah memulai rehabilitasi hutan Mangrove seluas 600 ribu hectar di tahun 2024 serta telah merehabilitasi sebanyak 3 juta lahan kritis antara tahun 2010 sampai 2019.
Tak hanya itu, beliau juga menyampaikan bahwa dalam sektor energi, Indonesia sudah melangkah maju. Hal tersebut dibuktikan dengan pengembangan ekosistem mobil listrik, pembangunan pembangkit listrik tenaga surya terbesar se-Asia Tenggara, pemanfaatan energi terbarukan termasuk biofuel, dan juga pengembangan industri berbasis clean energy termasuk pembangunan kawasan industri hijau terbesar di dunia, tepatnya di Kalimantan Utara. Indonesia yang memiliki lahan hijau dan wilayah lautan yang luas yang berpotensi menyumbang karbon, membutuhkan dukungan dan kontribusi dari internasional dan negara-negara maju. Penyediaan pendanaan iklim dengan pendanaan negara maju diharapkan dapat menjadi game changer dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di negara-negara berkembang. Indonesia akan dapat berkontribusi lebih cepat bagi net zero emissions dunia. Carbon market dan carbon price harus menjadi bagian dari upaya penanganan isu perubahan iklim. Ekosistem ekonomi karbon yang transparan dan berintegritas, inklusif dan adil harus diciptakan.
Dalam pertemuan COP26, semua negara diharapkan dapat memenuhi komitmen Perjanjian Paris dengan :
- Lebih berambisi dalam memenuhi target untuk mengurangi emisi gas rumah kaca pada tahun 2030.
- Membahas langkah-langkah untuk beradaptasi dengan dampak perubahan iklim yang tak terhindarkan.
- Meningkatkan pendanaan dalam melaksanakan aksi iklim, khususnya untuk negara-negara berkembang.
Kesepakatan Paris itu juga menyetujui bahwa setiap lima tahun harus ada evaluasi atas kemajuan yang telah dibuat. Maka, sebenarnya evaluasi pertama atau COP26 sedianya diselenggarakan pada 2020, namun ditunda jadi tahun ini karena pandemi Covid 19.
Saat bertemu di COP26, para pemimpin dunia diharapkan membuat target-target baru jangka panjang untuk mengatasi perubahan iklim – dan semuanya itu harus ambisius dan tegas. Maka, jelang COP26, lebih dari 100 negara berkembang sudah memaparkan sejumlah tuntutan:
- Pendanaan (dari negara-negara maju) untuk memerangi maupun menanggulangi perubahan iklim.
- Kompensasi (lagi-lagi dari negara-negara maju) atas dampak yang akan menimpa mereka, dan
- Uang (tentunya juga dari kelompok negara maju) untuk membantu mereka menerapkan ekonomi yang lebih ramah lingkungan.
Negara negara maju secara bersama-sama sudah berkomitmen menyediakan $100 miliar setahun mulai 2020 untuk menanggapi tuntutan-tuntutan itu. Tapi sekarang sudah 2021 dan mereka baru bisa menyisihkan $79 miliar, dan sebagian besar berupa utang (yang nanti harus dikembalikan), bukan hibah.
Topik tersebut, yang disebut sebagai keuangan iklim, akan menjadi salah satu agenda yang didebatkan. Prioritas utama pertemuan ini adalah memastikan semua negara untuk berkomitmen mencapai nol emisi pada 2050, dengan pengurangan karbon yang lebih agresif dan pesat pada 2030.
DAMPAK G20 DAN COP26 BAGI INDONESIA
G20
Indonesia akan mendapat banyak keuntungan dengan menjadi tuan rumah Group of Twenty (G20) pada 2022. Salah satu keuntungan yang didapat Indonesia dengan menjadi presidensi G20 adalah bisa mengarahkan agenda. Keuntungan lain dengan posisi Indonesia sebagai tuan rumah, pemerintah bisa mengharapkan dampak positif dari hadirnya delegasi berbagai negara ke Indonesia. Ini akan sangat membantu pemulihan pariwisata dan industri di Indonesia.
Presidensi G20 memberikan manfaat ekonomi yang besar bagi Indonesia. Termasuk pada sektor perdagangan dan investasi. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) juga menilai hal itu akan berdampak positif pada iklim investasi di Indonesia. Momentum presidensi G20 dinilai dapat digunakan untuk mempromosikan keberhasilan Undang Undang Cipta Kerja. Sehingga Indonesia dapat menjadi negara tujuan investasi di Asia dan global. Pemimpin negara-negara yang membawa perwakilan pengusaha di negaranya akan menilai bahwa Indonesia layak menjadi tujuan investasi. Selain itu, presidensi G20 juga akan berdampak pada branding dunia bisnis di Indonesia. Indonesia dinilai akan memperoleh pengakuan internasional, visibilitas, dan branding positif bagi turisme Indonesia, komunitas industri dan bisnis.
COP26
Conferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa Bangsa terkait perubahan iklim edisi ke-26 atau COP26 merupakan momentum bagi Indonesia untuk menarik investasi hijau sebesar mungkin.
Indonesia memiliki potensi besar untuk menurunkan emisi dari sektor kehutanan, energi, transportasi sebesar 650 Mton CO2e dan 398 Mton CO2e dengan bantuan pendanaan internasional. Oleh karena itu, gelaran COP26 merupakan momentum Indonesia untuk menjadi negara destinasi Green Investment. Sebagai negara yang telah meratifikasi Paris Agreement, Indonesia juga telah memiliki target-target yang akan dicapai terkait pengurangan emisi dan perubahan iklim.
REFERENSI
https://www.consilium.europa.eu/en/meetings/international-summit/2021/10/30-31/# (diakses pada 03/11/21, pukul 10.11 WIB)
https://dunia.tempo.co/read/1522505/agenda-ktt-g20-perubahan-iklim-dan-absennya-xi-jinping-putin-dan-kishida (diakses pada 03/11/21, pukul 10.01 WIB)
https://ekonomi.bisnis.com/read/20211103/9/1461415/ktt-cop26-momentum-indonesia-jadi-destinasi-investasi-hijau (diakses pada 03/11/21, pukul 11.34 WIB)
https://news.detik.com/berita/d-5791362/cop26-adalah-pertemuan-perubahan-iklim-apa-saja-hasil-yang-diharapkan (diakses pada 03/11/21, pukul 11.19 WIB)
https://ekonomi.bisnis.com/read/20211030/9/1460044/indonesia-menjadi-presidensi-g20-tahun-2022-apa-itu-g20 (diakses pada 03/11/21, pukul 12.09 WIB)
https://bisnisindonesia.id/article/opini-presidensi-g20-peran-ri (diakses pada 03/11/21, pukul 13.40 WIB)
https://www.cnbcindonesia.com/news/20211031092503-4-287807/ada-secercah-harapan-dari-pertemuan-ktt-g20-apa-itu (diakses pada 03/11/21, pukul 12.44 WIB)
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210226135627-532-611297/g20-janji-tidak-akan-buru-buru-setop-bantuan (diakses pada 03/11/21, pukul 12.21 WIB)